Minggu, 10 Maret 2013

Ketika cinta ini tercipta untuknya

Sore itu aku duduk disebuah ayunan yang berada diteras rumahku, pikiranku mengawang-awang jauh entah kemana. Aku tidak mengerti dengan hatiku. Mungkin aku sedang terkenang masa lalu. Pahit. Sesungguhnya aku tidak pernah ingin menggali-gali kenangan itu, hanya saja terkadang memori ini menuntut untuk aku berpikir jauh ke masa lalu. Masa yang harus aku tinggalkan dan aku lupakan.

Aku Karenina. Aku gadis yang tumbuh besar disebuah Panti Asuhan. Masa kecilku tidak indah. Di usia yang seharusnya aku berkembang dengan baik aku harus menanggung beban yang berat karena dihadapi oleh perpisahan orang tua ku. Aku tidak sendiri aku anak kembar, kembaranku adalah Laki-laki namanya Keyrino. Untukku dilahirkan secara kembar merupakan anugrah terindah dari Tuhan. Namun anugrah itu harus lenyap ketika kedua orang tuaku memutuskan untuk berpisah. Aku ikut Ayah dan Keyrino ikut Ibuku. Namun Ayah lebih memilih menitipkan aku ke sebuah Panti Asuhan kala itu, entah mengapa Ia lebih memilih menitipkan aku dibandingkan harus mengasuhku. Kala itu aku tidak mengerti apapun, dia bilang dia akan kembali sesegera mungkin dan aku harus menunggunya. Aku percaya.

5 tahun aku tinggal dipanti, aku setia menunggu Ayahku datang. Sudah 3 keluarga yang ingin mengadopsiku kala itu, namun aku menolak ketiganya. Sampai pada saatnya ada lagi satu keluarga yang ingin mengadopsi ku, sebisa mungkin Ibu Asuhku meyakinkan agar aku mau di adopsi. Melihat keadaan kala itu, aku mulai jenuh aku lelah menunggu Ayah. Aku sudah mulai bisa berpikir. Kini janji tinggalah janji. Akhirnya aku mau ikut keluarga tersebut. Dan aku mulai menata hidup baruku. Hingga kini usiaku mencapai 20 tahun aku masih bersama mereka. 

Mamah dan Papahku mereka pembisnis, hidup mereka sejahtera. Namun sayang Mamah angkat ku didiagnosa dokter tidak dapat memiliki kandungan dia mandul, sejak itulah orang tua angkatku memilih untuk mengadopsi anak dari Panti Asuhan dan kini akulah anak mereka.  Meskipun orang tua angkat ku terbilang sibuk mereka tetap menomor satukan kebahagiaan dan kepentingan ku. Mereka bilang semenjak ada aku dihidup mereka segalanya berubah, lebih baik dan lebih indah. Tapi sebagai anak angkat aku harus tahu diri, aku tidak boleh manja dan berlebihan. Meskipun terkadang aku merasa kesepian tapi aku tidak pernah menuntut mereka untuk terus bersamaku, aku biasa merasa sepi dan sendiri. Namun jika dilihat dari segi fasilitas dirumah ini seharusnya aku tidak merasa sepi karena semua sudah lengkap dan terpenuhi. Sudahlah segala yang ada kini memang sudah seharusnya aku syukuri.

"hari ini mamah harus ke bangkok sayang, gak apakan kalo mamah tinggal lagi?" tanya Mamahku
Aku tersedak "uhuk uhuuuk"
"hey pelan pelan dong makannya"
"hehe maaf mah, emangnya mamah gak cape. bukannya mamah baru pulang dari Bali?"
"cape sebenernya mamah kangen sama kamu, pengen ngabisin waktu berdua cuma kerjaan ini gak bisa aku tinggal" ucapnya
"iyaudah mah selesain dulu pekerjaannya, kan kalo mau jalan-jalan sama aku masih banyak waktu" aku tersenyum manis meyakinkannya
"sungguh, kamu gak marah sama mamah?"
"sungguh mah"
"hmm hunny i love you, aku beruntung punya kamu" Mamah memegang erat tanganku
"ohiya hari ini mamah punya kejutan untuk kamu" tambahnya
"hmm kejutan apah?" aku penasaran
"ada deh nanti ajah kalo kita udah selesai makan kita udah diluar"
"okey maen rahasia-rahasiaan sekarang yah"
"hihi gak apalah sayang sekali-sekali toh"
Aku memanyunkan bibirku.


Pagi ini aku bolos satu mata kuliah di kampus karena aku ingin mengantar Mamah ke airport, sudah menjadi hal wajib untukku jika Mamah ataupun Papah angkatku akan pergi dinas keluar negeri ataupun keluar kota aku harus mengantar mereka ke bandara. 
Ketika di garasi mobil aku bingung, kenapa ada yang mengelap-elap mobilku. Aku tidak pernah menyuruh orang untuk mengelap-elap mobilku seperti itu.

"hey kenapa bengong" tanya Mamah heran
"haaah, eh mah itu tuh itu siapa" aku menunjuk nunjuk orang tersebut
"oh dia, sini mamah kenalin" Mamah menarik tangan ku
Hitungan detik kami sudah berada dibelakang punggung orang ini. 
"ehem" Mamahku berdehem. Orang itu sontak kaget.
"eh iya bu" dia tersenyum ramah, dibalas senyum Mamah yang tak kalah ramah
"No, kenalin ini anak ibu namanya Nina"
"oh iyah saya Ino mbak" orang ini tersenyum sambil menjulurkan tangannya
"Nina" aku tersenyum. Dalam hatiku berkata 'wah tampannya siapa dia'
"Nah Nina, Ino ini yang sekarang akan nemenin kamu kemanapun kamu pergi" Mamah menjelaskan
"hah maksudnya?" aku bingung
"iya mbak jadi gini, mulai hari ini saya supirnya mbak Nina. Iyakan bu?" jawabnya semangat
"yaa betul sekali"
Mendengar pernyataan tersebut aku langsung menarik tangan Mamahku
"Maah apaan sih supir-supiran segala jadi ini kejutan yang mamah maksud?"
"iyap betul"
"iih tapi mah duuh aku gak biasa deh kaya gini,pake supir segala aku bisa nyetir sendiri mah"
"ya harus mulai dibiasakan dong sayang, lagiankan enak disupirin ada temen ngobrol"
"tapi mah aah, emang Mamah udah bilang Papah, terus Papah setuju emang?"
"udah dan sangat setuju"
"aduuh kalian ini aaah"
"yaudah terima aja yah biar kamu gak kesepian-sepian banget sayang"
Aku menorehkan kepalaku kebelakang, lalu menatap Ino. Hatiku tak tega juga melihatnya, aku kan belum mencoba  jika disupirin dia. Apa salahnya jika aku coba dahulu
"oke deh" jawabku sambil manyun
"gitu dong sayang"

Ini hari pertamaku disupiri dan rasanya aah asing. Sehabis mengantar Mamah ke bandara aku segera minta antar ke kampus. Sungguh aku belum terbiasa menyuruh-nyuruh orang seperti ini. Aku biasa melakukan segala hal sendiri. Terkadang saja aku mencuci dan menyetrika baju ku sendiri. Tak jarang aku berdebat dengan pembantu di rumah hanya karena aku ingin mencuci pakaian ku sendiri.

"kampus yah No" 
"siap laksanakan mbak" jawabnya
"jangan panggil mbak, panggil ajah Nina atau Karenina"
"hah apah Karenina??" Ino terlihat kaget
"iyah Karenina, itu nama gue ada yang salah?"
"aah engga engga mbak hahah gak apa-apa" Ino terlihat salah tingkah
"hayo kenapa, nama mantan lo mirip sama nama gue yah hahaha" 
"yee engga mbak engga" Ino masih salah tingkah
"ya terus?"
"engga mbak gak apa-apa lupain ajah"
"hm oke, jangan panggil gua mbak inget!"
"eh iya hehe, siap Karee eh Nina maksud saya"
Kare? Aku terkejut Ino memanggil ku dengan sebutan itu.
"No, tadi lu manggil gue apa, Kare?"
"iyah emang ada yang salah sama nama itu?"
Aku hanya diam sambil menggeleng. "engga kok No" kataku sambil tersenyum

Batinku seperti terguncang setelah Ino memanggilku dengan sebutan itu. Aaah mungkin hanya kebetulan tangkas batinku.

Satu bulan sudah aku menjalani hari-hari ku bersama Ino. Entah mengapa aku begitu nyaman dengan dia. Saat dia mentapku duduk disebelahku menemaniku makan, hari yang aku lalui mulai terasa begitu indah. Entah mengapa dihati ini mulai terasa getaran-getaran yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan. Aku gelisah saat aku tidak bersamanya, aku bahagia aku tersipu saat dia berada didekatku. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar