Minggu, 10 Maret 2013

Ketika cinta ini tercipta untuknya

Sore itu aku duduk disebuah ayunan yang berada diteras rumahku, pikiranku mengawang-awang jauh entah kemana. Aku tidak mengerti dengan hatiku. Mungkin aku sedang terkenang masa lalu. Pahit. Sesungguhnya aku tidak pernah ingin menggali-gali kenangan itu, hanya saja terkadang memori ini menuntut untuk aku berpikir jauh ke masa lalu. Masa yang harus aku tinggalkan dan aku lupakan.

Aku Karenina. Aku gadis yang tumbuh besar disebuah Panti Asuhan. Masa kecilku tidak indah. Di usia yang seharusnya aku berkembang dengan baik aku harus menanggung beban yang berat karena dihadapi oleh perpisahan orang tua ku. Aku tidak sendiri aku anak kembar, kembaranku adalah Laki-laki namanya Keyrino. Untukku dilahirkan secara kembar merupakan anugrah terindah dari Tuhan. Namun anugrah itu harus lenyap ketika kedua orang tuaku memutuskan untuk berpisah. Aku ikut Ayah dan Keyrino ikut Ibuku. Namun Ayah lebih memilih menitipkan aku ke sebuah Panti Asuhan kala itu, entah mengapa Ia lebih memilih menitipkan aku dibandingkan harus mengasuhku. Kala itu aku tidak mengerti apapun, dia bilang dia akan kembali sesegera mungkin dan aku harus menunggunya. Aku percaya.

5 tahun aku tinggal dipanti, aku setia menunggu Ayahku datang. Sudah 3 keluarga yang ingin mengadopsiku kala itu, namun aku menolak ketiganya. Sampai pada saatnya ada lagi satu keluarga yang ingin mengadopsi ku, sebisa mungkin Ibu Asuhku meyakinkan agar aku mau di adopsi. Melihat keadaan kala itu, aku mulai jenuh aku lelah menunggu Ayah. Aku sudah mulai bisa berpikir. Kini janji tinggalah janji. Akhirnya aku mau ikut keluarga tersebut. Dan aku mulai menata hidup baruku. Hingga kini usiaku mencapai 20 tahun aku masih bersama mereka. 

Mamah dan Papahku mereka pembisnis, hidup mereka sejahtera. Namun sayang Mamah angkat ku didiagnosa dokter tidak dapat memiliki kandungan dia mandul, sejak itulah orang tua angkatku memilih untuk mengadopsi anak dari Panti Asuhan dan kini akulah anak mereka.  Meskipun orang tua angkat ku terbilang sibuk mereka tetap menomor satukan kebahagiaan dan kepentingan ku. Mereka bilang semenjak ada aku dihidup mereka segalanya berubah, lebih baik dan lebih indah. Tapi sebagai anak angkat aku harus tahu diri, aku tidak boleh manja dan berlebihan. Meskipun terkadang aku merasa kesepian tapi aku tidak pernah menuntut mereka untuk terus bersamaku, aku biasa merasa sepi dan sendiri. Namun jika dilihat dari segi fasilitas dirumah ini seharusnya aku tidak merasa sepi karena semua sudah lengkap dan terpenuhi. Sudahlah segala yang ada kini memang sudah seharusnya aku syukuri.

"hari ini mamah harus ke bangkok sayang, gak apakan kalo mamah tinggal lagi?" tanya Mamahku
Aku tersedak "uhuk uhuuuk"
"hey pelan pelan dong makannya"
"hehe maaf mah, emangnya mamah gak cape. bukannya mamah baru pulang dari Bali?"
"cape sebenernya mamah kangen sama kamu, pengen ngabisin waktu berdua cuma kerjaan ini gak bisa aku tinggal" ucapnya
"iyaudah mah selesain dulu pekerjaannya, kan kalo mau jalan-jalan sama aku masih banyak waktu" aku tersenyum manis meyakinkannya
"sungguh, kamu gak marah sama mamah?"
"sungguh mah"
"hmm hunny i love you, aku beruntung punya kamu" Mamah memegang erat tanganku
"ohiya hari ini mamah punya kejutan untuk kamu" tambahnya
"hmm kejutan apah?" aku penasaran
"ada deh nanti ajah kalo kita udah selesai makan kita udah diluar"
"okey maen rahasia-rahasiaan sekarang yah"
"hihi gak apalah sayang sekali-sekali toh"
Aku memanyunkan bibirku.


Pagi ini aku bolos satu mata kuliah di kampus karena aku ingin mengantar Mamah ke airport, sudah menjadi hal wajib untukku jika Mamah ataupun Papah angkatku akan pergi dinas keluar negeri ataupun keluar kota aku harus mengantar mereka ke bandara. 
Ketika di garasi mobil aku bingung, kenapa ada yang mengelap-elap mobilku. Aku tidak pernah menyuruh orang untuk mengelap-elap mobilku seperti itu.

"hey kenapa bengong" tanya Mamah heran
"haaah, eh mah itu tuh itu siapa" aku menunjuk nunjuk orang tersebut
"oh dia, sini mamah kenalin" Mamah menarik tangan ku
Hitungan detik kami sudah berada dibelakang punggung orang ini. 
"ehem" Mamahku berdehem. Orang itu sontak kaget.
"eh iya bu" dia tersenyum ramah, dibalas senyum Mamah yang tak kalah ramah
"No, kenalin ini anak ibu namanya Nina"
"oh iyah saya Ino mbak" orang ini tersenyum sambil menjulurkan tangannya
"Nina" aku tersenyum. Dalam hatiku berkata 'wah tampannya siapa dia'
"Nah Nina, Ino ini yang sekarang akan nemenin kamu kemanapun kamu pergi" Mamah menjelaskan
"hah maksudnya?" aku bingung
"iya mbak jadi gini, mulai hari ini saya supirnya mbak Nina. Iyakan bu?" jawabnya semangat
"yaa betul sekali"
Mendengar pernyataan tersebut aku langsung menarik tangan Mamahku
"Maah apaan sih supir-supiran segala jadi ini kejutan yang mamah maksud?"
"iyap betul"
"iih tapi mah duuh aku gak biasa deh kaya gini,pake supir segala aku bisa nyetir sendiri mah"
"ya harus mulai dibiasakan dong sayang, lagiankan enak disupirin ada temen ngobrol"
"tapi mah aah, emang Mamah udah bilang Papah, terus Papah setuju emang?"
"udah dan sangat setuju"
"aduuh kalian ini aaah"
"yaudah terima aja yah biar kamu gak kesepian-sepian banget sayang"
Aku menorehkan kepalaku kebelakang, lalu menatap Ino. Hatiku tak tega juga melihatnya, aku kan belum mencoba  jika disupirin dia. Apa salahnya jika aku coba dahulu
"oke deh" jawabku sambil manyun
"gitu dong sayang"

Ini hari pertamaku disupiri dan rasanya aah asing. Sehabis mengantar Mamah ke bandara aku segera minta antar ke kampus. Sungguh aku belum terbiasa menyuruh-nyuruh orang seperti ini. Aku biasa melakukan segala hal sendiri. Terkadang saja aku mencuci dan menyetrika baju ku sendiri. Tak jarang aku berdebat dengan pembantu di rumah hanya karena aku ingin mencuci pakaian ku sendiri.

"kampus yah No" 
"siap laksanakan mbak" jawabnya
"jangan panggil mbak, panggil ajah Nina atau Karenina"
"hah apah Karenina??" Ino terlihat kaget
"iyah Karenina, itu nama gue ada yang salah?"
"aah engga engga mbak hahah gak apa-apa" Ino terlihat salah tingkah
"hayo kenapa, nama mantan lo mirip sama nama gue yah hahaha" 
"yee engga mbak engga" Ino masih salah tingkah
"ya terus?"
"engga mbak gak apa-apa lupain ajah"
"hm oke, jangan panggil gua mbak inget!"
"eh iya hehe, siap Karee eh Nina maksud saya"
Kare? Aku terkejut Ino memanggil ku dengan sebutan itu.
"No, tadi lu manggil gue apa, Kare?"
"iyah emang ada yang salah sama nama itu?"
Aku hanya diam sambil menggeleng. "engga kok No" kataku sambil tersenyum

Batinku seperti terguncang setelah Ino memanggilku dengan sebutan itu. Aaah mungkin hanya kebetulan tangkas batinku.

Satu bulan sudah aku menjalani hari-hari ku bersama Ino. Entah mengapa aku begitu nyaman dengan dia. Saat dia mentapku duduk disebelahku menemaniku makan, hari yang aku lalui mulai terasa begitu indah. Entah mengapa dihati ini mulai terasa getaran-getaran yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan. Aku gelisah saat aku tidak bersamanya, aku bahagia aku tersipu saat dia berada didekatku. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya. 






Kamis, 07 Maret 2013

Jeritan hati pengharap cinta

Entah akan sampai kapan aku bertahan dengan perasaan ini, perasaan yang terus meresahkan batinku, perasaan yang memporak porandakan pikiranku.
Dimana harus aku cari hati itu lagi, hati yang telah aku tinggalkan. Yang aku tinggalkan keutuhannya.
Sungguh jiwa membutuhkannya, membutuhkan keberadaan nyatanya.
Bisakah aku kembali, kembali singgah di hati yang telah aku tinggali.
Bukan maksud hati untuk mengakhiri sesungguhnya, namun hanya ingin hati itu merasa kehilangan sosok ini yang begitu mencintai. Tapi mengapa harus aku yang merasa begitu kehilangan, mengapa harus aku yang merasakan sakit sedalam ini?!

Hey hati yang disana, apakah kau merasakan juga ketersiksaan batin ini?!
Ketersiksaan menahan perihnya rindu, ketersiksaan menyembuhkan sebuah luka yang sesungguhnya telah engkau goreskan.
Apakah kau sama seperti aku?!!
Jawab pertanyaan ku, jawab!!!!!!!
Jangan diam, jangan beku, jangan jauhi dan hindari aku!!!

Betapa sesungguhnya aku mengharap ke kembalianmu, sungguh tak perduli betapa luka itu sering kau torehkan tak perduli seberapa sering aku kau kecewakan. Yang aku tau aku sangat mencintaimu..

Rabu, 06 Maret 2013

Teman dibalik sepi

Aku bukan termasuk seseorang yg percaya akan dunia lain atau bisa dibilang dunia gaib, jika ada temanku membahas tentang dunia yg lain disana aku hanya bisa mendengar bertanya tanpa berkomentar. Kali ini pembahasannya telah masuk kedalam hal yang tidak lazim namun dia memang sepertinya ada, tapi bagiku mereka ada hanya didunia dunia yg diciptakan oleh manusia itu sendiri.

Peri. Makhluk kecil bersayap yang cantik, yap mungkin aku adalah salah satu orang yang mengagumi keindahan dan kelucuan yang dimiliki seorang peri. Tapi bagiku mereka hanya ada di kartun-kartun itu saja tidak ada di dunia nyata kita. Namun entah kenapa temanku satu ini begitu percaya bahwa peri itu ada di bumi yang kita pijaki ini, dia percaya bahwa peri ada dan nyata.

"Gue percaya banget banget nay kalo peri itu emang ada, dan lo harus percaya omongan gue kali ini" ucap sahabatku mencoba meyakinkan. "Kalo peri itu ada berarti nenek sihir juga kemungkinan ada dong??" tangkasku sambil agak sedikit mengejek. "Yah kalo itu sih gua belum berhasil meneliti nay" jawabnya amat santai. Aku hanya mengangkat bahuku.

Derita, sosok makhluk yang diciptakan Tuhan amat unik dan aneh. Dia sahabatku. Aku bertemu dengannya sejak kami menduduki bangku Junior High School. Eri, biasa ia dipanggil. Dia selalu saja membahas hal-hal aneh tersebut, hal-hal ganjil yang terkadang sulit diterima akal sehat. Entah itu tentang makhluk astral, alien, dan kali ini peri. Pikirannya abstrak.

"Gue udah meneliti kemana-mana nay dan hampir 90% orang percaya kalo peri itu ada" tangkasnya lagi. "Sampe 100% dulu baru gue percaya" aku menantangnya, Eri hanya diam lalu kembali nyerocos "Susah nay itu aja 90% gue susah payah ngeyakininnya, kaya gue ngeyakinin lo" . Aku tertawa geli, "Jadi hasil 90% itu hasil lo sok-sokan ngeyakinin mereka gitu?" Eri mengangguk lesu. "Udahlah ri jangan bersi keras ngeyakinin orang-orang itu, orang jaman sekarang itu pemikirannya logis dan cuma lo yg gak logis" ejekku. "Nayaa tega banget sih ngomong gitu" Mukanya lesu, aku hanya tersenyum melilhatnya "Udah-udah kerjain tuh LKS kasian dari tadi dicuekin begitu". "Hmmm"..

Kemudian indra pemikir ku mulai merangsang omongan-omongan Derita, lalu aku menatapnya 'hebat juga dia bisa meyakinkan hampir 90% orang dengan pikiran-pikiran abstraknya itu, Eri Erii' .

Sampai dirumah kurebahkan tubuhku dikursi tamu, tiba-tiba saja pikiranku mengawang jauh ke dunia yang tidak aku percayai sebelumnya. "Jika memang ada betapa indahnya dunia ini, bukankah aku seorang pecinta peri, aah tapi mana mungkin mereka hanya tokoh fiksi yg diciptakan oleh orang-orang itu" . Ku ambil remot tv lalu ku lihat saluran-saluran tv tersebut, tidak ada yg menarik. Tiba-tiba aku teringat "Aaah tinkerbell" aku colokan tv kabel ku lalu mencari chanel tv yg menayangkan si peri cantik Tinkerbell. "Ah ini dia" aku mulai asyik dengan tontonanku. Tiba-tiba pikiranku mengawang kembali, 'peri peri peri apakah benar ada' benakku bertanya "Aaaah Naya kenapa jadi abstrak gini sih, virusnya Derita menularrrrr" aku ngoceh-ngoceh sendiri, tiba-tiba terdengar suara gelas terjatuh dari arah ruang makan"

"Praaaaaaaaaaaaannggg!!!". Reflek aku berdiri dan berlari kearah ruang makan. Aku kebingungan melihat kejadian ini. "Aneeeh" tangkasku sambil membersihkan beling-beling bekas gelas tersebut.

Dirumah ini aku hanya sebatang kara, Ayah dan Ibuku sibuk megurusi pekerjaannya diluar kota. Kaka perempuanku sibuk dengan urusan kampus dan skripsinya. Pembantuku, bukan pembantu yg menetap dirumah  dia hanya datang dipagi hari, setelah sekiranya rumah rapi dan tugasnya selesai Ia beranjak pulang.

Tiba-tiba bulu kudukku merinding. "Aaaah Derita!!" ku ambil hpku dari saku baju dan mulai mengSMS sahabatku ini. 15menit kemudian Derita datang.
"Lo harus nginep dirumah gue, gue gak mau tau" paksaku "Tapi Nay nanti sore gue harus jaga toko kue nyokap" jawabnya
"Kaka gue gak balik Riii" muka ku memelas "Bukannya emang dia jarang balik, biasanya juga lo gak masalahkan sendirian"
"Iya sih" jawabku sambil menggaruk-garuk kepala "Ya terus, kok lu jadi aneh sih Nay" Derita mulai heran.

Aku perang batin antara harus cerita dan tidak, tapi jika aku bercerita aah pasti Derita mulai bertingkah aneh dan pikiran abstraknya itu muncul lagi lalu mengakibatkan aku parno, parno dirumah ku sendiri aaah tidak lucu.

"Enggg, engga engga . Gak apa, gue cuma lagi pengen ditemenin ajah" tandasku "Heuuh malangnya nasib Nayku ini, maaf yah Nay hari ini gue harus bantuin nyokap gue udah keburu janji"
"Hmmh iya-iya gak apa gue ngerti kok, tapi sekarang masih bisa temenin gue kan?" tanyaku . Derita mengangguk pasti.

Pukul 16.00wib Derita pulang karena harus membantu Ibunya menjaga toko kue. Sesungguhnya aku ingin ikut tapi banyak tugas yg harus aku selesaikan, aku harus menyelesaikan sedikit demi sedikit lembar lembar LPJ. Yap aku sekertaris Osis disekolahku, dan hal ini membuat tugasku semakin numpuk-numpuk dan numpuk!!

Hari kembali gelap, sunyi. Hanya terdengar suara jangkrik di pekarangan rumahku. Rumahku dikelilingi oleh kebun nan asri. Ayah dan Ibuku pecinta dan pengagum berat tanaman. Rumah kami sangat asri dan sejuk hawanya, makanya aku selalu betah dirumah. Hanya saja hari ini aku tidak dibuat betah karena kejadian tadi siang. Sebelumnya tidak pernah ada kejadian seperti ini. Haah sudahlah aku tidak mau mengingatnya lagi.

Tugasku hampir sedikit selesai, mata ku lelah otakku keriting. Jenuh. Aku keluar rumah dan menghirup udara segar yang ditimbulkan pohon-pohon dipekarangan rumahku."HAAAAAAAHHHH" aku coba nikmati sejuknya udara malam itu. Tiba-tiba dari balik pohon tampak sebuah cahaya, aku perhatikan lalu aku amati lebih dalam dan lebih dalam. "Ah hanya kunang-kunang" pikirku, tapi entah mengapa hati ini begitu dibuat semakin penasaran. Mungkinkah... hatiku berkata 'Fairy' , aku bergegas dan mencoba mencarinya. Otakku berpikir keras, hatiku pun berkata terus 'fairy fairy fairy'.

Aku cari dan cari, namun hasilnya nihil. Aku mulai kesal karena merasa dibodohi dengan cahaya itu. Kuputuskan untuk masuk ke dalam rumah. "Bodoh" ucapku kepada diriku sendiri.

Hari-hari berjalan seperti biasanya, aku sebatang kara. Kakak ku jarang pulang akhir-akhir ini dia begitu sibuk atau sok sibuk sehingga dia tega meninggalkan adiknya yang kesepian ini. Derita pun begitu sekarang tiap sore hingga malam dia harus menjaga toko kue Ibunya karena pegawai Ibunya harus dirawat karena terkena demam berdarah. Aahk aku bosaan!!.

Kembali malam, kembali sunyi dan jangkrik mulai bernyanyian lagi. Ku sandarkan kepalaku ketembok dekat jendela sambil menatap keluar, pikiranku kosong. Tiba-tiba cahaya yang aku temui pada malam kemarin menyadarkan lamunanku, aku abaikan. Namun cahaya itu makin mengganggu hatiku, rasa penasaran itu muncul.

Aku bergegas dari kamar menuju pekarangan rumah. Aku cari dengan sekuat hati kali ini aku tidak akan menyerah secepat malam kemarin akan aku temukan kau malam ini, kata batinku. Tiba-tiba aku merasa dibalik tubuhku ada cahaya yang terbang. Aku berbalik badan, nihil. Aku cari cahaya itu keseluruh pekarang rumahku, namun aku tidak menemukan apapun malam ini. Aku kesal sambil bergegas masuk kedalam rumah.

"Sial, aku dibully lagi oleh cahaya itu"
Aku duduk didepan meja belajarku, otakku berpikir "Aaah searching!". Aku ambil laptop mulailah aku berkonsentrasi dengan Om Goggle ku malam ini. Aku coba cari tentang peri dan tempat tinggalnya. Hasilnya ada yang menganggap peri itu ada namun ada juga yang tidak mempercayai keberadaannya. Terlalu penuh pro dan kontra. Aku menemukan salah satu artikel yang menuliskan bahwa si penulis mempercayai adanya peri didunia ini, dan di artikel ini dituliskan bahwa peri tinggal di tempat yang indah penuh bunga dan tanaman atau bisa saja dia tinggal didaerah pegunungan.

Lalu aku mengintip ke jendela dan menatap area sekitar rumahku. "Penuh tanaman, ada beberapa jenis bunga di pekarangan rumah ini" batinku berbicara "Mungkinkah benar dia ada" mulutku berucap. Entahlah, ada ataupun tidaknya peri ini aku tidak memerdulikannya. Yang terpenting sekarang aku tidak merasa sendiri lagi. Mungkin cahaya tersebut titipan dari Tuhan agar aku tidak merasa sendirian lagi .



Selasa, 19 Februari 2013

Temanku dengan temanmu dahulu, kemudian "KITA"

Ketika aku menambatkan hatiku untuk kamu. Kamu yg mulai mengisi kekosongan hari dan hatiku. Kamu yg aku kenal lewat temanku. Sekarang perasaan hati mulai tertata kembali setelah sekian lama aku kosongkan ruang tamu hati. Kini mulai tercium harumnya kasih dan seglintir perhatian kecil dari kiriman sms ataupun bbmmu. Mengingatkan aku makan, menyemangatiku yg mulai lelah dengan segudang kegiatanku.

Taukah kamu kini aku mengaharapkanmu lebih, bukan sekedar lo dan gue tapi aku dan kamu. Pertemuan dimalam itu membuat aku semakin yakin bahwa aku memiliki hasrat untuk memilikimu. Panggilan sayang yg ku ciptakan untukmu, begitupun sebaliknya kau memiliki panggilan sayang itu untukku.

Aku yakin kau mulai meraba hati yg suci ini, aku yakin kau memiliki hasrat itu juga. Sungguh aku menunggu pernyataan indah itu yg mengikatkan kita kedalam satu hubungan yg telah lama sudah tak aku jalin. Hampir setiap waktu aku memberikan isyarat-isyarat itu, namun mengapa kau tak jua mengatakannya harus berapa lama lagi aku menunggu?

Sampai pada waktu aku mengenalkan teman baikku dengan temanmu, mereka dekat dan semakin dekat mungkin seperti kita sekarang tapi mengapa sampai detik ini tak ada pemecahan dari pendekatan kita?

"Lo dulu jadian sama si B baru gue sama si A" kenapa harus terlontar ucapan seperti itu dari mulut manismu yg selalu memberi aku harap. Haruskah seperti itu mereka terlebih dahulu kemudian kita?

Tidak ada niat sedikitpun kah untuk kau lakukan semuanya lebih awal, haruskah aku menikmati lagi rasanya dikecewakan yg kali ini dengan seseorang yg belum mampu memberiku kepastian. Kalau dari awal tidak akan ada kepastian seharusnya jangan kau beri harap itu kepadaku, apakah aku yg terlalu bodoh menganggap semuanya sama seperti yg aku rasa..

Senin, 18 Februari 2013

Beri Aku Kepercayaan

Pagi itu sebuah relung hati tampak gelisah, gelisah memikirkan hal yg selalu membayang-bayangi tiap gerak tubuhnya, langkah kakinya dan hembusan nafasnya.
Entah apa yg Ia takutkan, takut terkhianati mungkin. Pias matanya memancarkan seperti itu ada rasa takut terkhianati namun terkadang terpias rasa kebencian.

Berulang kali hal itu diributkan tak pernah ada habis dan ujungnya. Sungguh memalukan untuk seusia itu haruskah hal yg seharusnya tidak diperdebatkan selalu jadi masalah besar yg berujung dengan penyesalan hati.

Sesungguhnya dimana letak kepercayaan itu. Mengapa harus selalu ada rasa curiga, rasa curiga yang seharusnya dihilangkan karna sudah bertahun-tahun lamanya kebersamaan itu terajut. Mengapa Ia selalu meracuni pola pikirnya sendiri dengan berpikir akan terkhianati juga. Apakah kurang cukup bukti tentang kebertahanannya selama ini?.

Berikan kasihmu kepercayaan, percayakan hatimu pada kasihmu, lihat dia tatap matanya ikhlaskan apa yg kasihmu  kerjakan maka hatimu akan selalu baik. Dan harus percaya bahwa yg kasihmu lakukan memang untuk merubah segalanya agar menjadi lebih manis dan indah .

Minggu, 17 Februari 2013

Dua waktu

Pernah ada yg berucap kepada ku dahulu tentang dua waktu, dua waktu yg terlampau dekat dan mungkin amat panjang. Katakan saja sekarang dan selamanya.
Pernahkah kamu berpikir sebelum mengatakan hal tersebut?
Berpikir panjang kedepan akan dua waktu ini.

Sekarang dan Selamanya.
Sekarang, mungkin mudah untuk kamu mengatakan sekarang ketika kamu sedang merasakan indahnya gelora asmara. Tapi dibalik kata Sekarang ada kata Selamanya.
Selamanya, mampukah kamu mempertanggung jawabkan kata Selamanya ini?.

Lihat kedepan jangan hanya lihat masa dimana kamu sedang mengalami gelora asmara saja. Buktikan lalu kau boleh berbicara. Kata Sekarang dan Selamanya buatku terlalu sensitif untuk diucapkan.
Dua waktu yg awalnya mudah dijalani namun akhirnya sulit untuk dibuktikan..

Melupakan tak semudah itu

Sesungguhnya mencoba itu lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Namun apakah semudah itu ketika aku belajar mencoba melupakan mu?
Yang harus kamu ketahui iyalah sampai hari ini perasaan itu masih ada, meski kini aku sudah mulai enjoy menjalani segalanya hanya saja tidak mampu aku pungkiri bahwa dihati ini masih terjaga dan tersimpan namamu.

Mungkin disana, kini kau sedang bahagia dengan hal-hal baru yg telah kamu miliki. Dengan hal-hal baru yg sudah kamu capai.
Aku?. Entah mengapa sulit melepas bayang-bayangmu dari dalam hidupku. Langkah kaki ini mungkin akan segera jauh meninggalkan jejakmu namun mengapa hati ini tidak bisa jauh meninggalkanmu.

Kamu yg selalu kuingat, yang terkadang aku rasakan kehadirannya meski hanya perasaanku saja. Mengapa segalanya begitu sulit ku abaikan, begitu sulit ku hempaskan
Begitu berartinya kah kau di hidup ini?